Artikel

Pengkhianatan Kekasih

Pengkhianatan Kekasih

“Wajahmu muram,” kalam Tuhan kepada Ibrahim, “bukankah engkau hamba kesayangan-Ku? Apa yang membuatmu bersusah hati? Nikmat apa lagi yang engkau inginkan?”

Ibrahim berkata, “Adam Engkau cipta dengan tangan-Mu. Kepadanya Engkau tiupkan ruh-Mu. Ia berada di taman surgawi dengan jaminan-Mu. Tetapi sekali ia menabrak larangan-Mu, ia Engkau usir karena murka-Mu. Apa yang bakal terjadi pada diri hamba, manakalah hamba yang tidak semulia Adam lakukan kedurhakaan?”

“Ketahuilah, Ibrahim. Pengkhianatan seorang kekasih sangatlah menyakitkan.”

Seorang pria dimaki seseorang. Ia tentu tidak suka, tetapi dengan alasan tertentu, ia masih bisa tahan. Bagaimana kalau yang memaki adalah isterinya, yang selama ini dikasihinya, dipercayainya lebih dari siapapun? Dialog yang sangat agung di atas bisa dipahami dengan metafor ini. Allah telah berikan perhatian dan kasih-Nya kepada Adam melebihi perlakuan-Nya terhadap makhluk-makhluk yang ada, bahkan yang telah diciptakan lebih dulu daripadanya. Lalu ia melanggar larangan Tuhan, dengan risiko yang sudah ditegaskan sebelumnya: ia bakal masuk jadi komplotan kezhaliman, yang berisi makhluk-makhluk yang dimurkai-Nya.

Tapi kenapa Tuhan “tampak begitu kejam”? Karena, Adam adalah makhluk yang dicintai-Nya. Kesalahannya bernilai ganda: pertama pelanggaran itu sendiri, dan yang kedua pengkhianatan (betrayal). Pengkhianatan itu yang lebih “menyakitkan” dibanding yang pertama. Dalam pengkhianatan terkandung deklarasi kesumat (permusuhan), bahkan perang, yang tak ter-verbalkan. Berarti ia telah membalas cinta dengan kebencian, kepercayaan dengan pengabaian, ketulusan dengan pengingkaran, sama paradoksalnya dengan air susu yang berisi nutrisi dan kebaikan berbalas dengan larutan tuba yang mematikan!

“Ada yang berjanji kepada Tuhan, ‘Jika Engkau beri aku rezeki-Mu, kuberjanji akan banyak berderma dan lakukan kasalehan.’ Tatkala Tuhan penuhi pintanya, ia jadi kikir dan berpaling.” (Bara-ah:75-76).

Tinggalkan Balasan