Artikel

Lailatul-Qadar

Lailatul-Qadar

“Sungguh, Kami telah turunkan Alquran di Malam Kemuliaan. Apa itu Malam Kemuliaan?” Tuhan membuka kalam-Nya untuk memancing keingintahuan (curiosity) kita, tentang keagungan Alquran sekaligus kedahsyatan malam yang disebut-Nya Sendiri sebagai Lailatu l-Qadar.

Prof. Quraish Shihab memaknai Lailatu l-Qadar dengan tiga cara. Lail berarti malam, semenjak matahari “tenggelam sempurna” saat tiada berkas rona merah di ufuk barat, hingga fajar menyingsing dini hari sesudahnya. Qadar dalam Kitab Suci memiliki tiga makna. Pertama, berarti kemuliaan. Inilah satu malam yang dilukiskan oleh Baginda Nabi Suci sebagai “lebih baik dibanding seribu bulan”. Dalam riwayat kuno, hanya orang berkekuatan fisik dan batin yang dahsyat sekaliber Nabi Syam’un atua Samson yang mampu beribadah seribu bulan tnapa henti.

Kedua, berarti sempit., karena tiap penjuru bumi, hingga tiap jengkal dan sudut rumah orang beriman jadi penuh sesak dengan kunjungan malaikat Allah, entah berapa juta, puluh juta atau ratus juta banyanya. Mereka suka bertandang ke bumi, karena di sini banyak atraksi kebajikan yang tidak ada di Alam Malakut kediaman mereka: uluran hamba berjiwa kaya kepada orang-orang lemah berkekurangan, juga rintihan sesal para pendosa yang menghiba-hiba mohon pengampunan kepada Sang Mahadahsyat siksa-Nya sekaligus Mahaluas kasih-Nya.

Ketiga, ketentuan atau penentuan. Inilah malam takdir jagat raya dan makhluk-makhluk yang ada di dalamnya, termasuk kita manusia, ditentukan. Inilah saat terbaik untuk berdoa, menaikkan keluh dan pinta, yang akan diusung beramai-ramai ke haribaan Tuhan oleh para malaikat yang mulia.

Sedikit dari manusia dan jin yang akan terseleksi untuk mendapatkan Anugerah Lailatu l-Qadar, Qadar Awards, langsung dari Tuhan di malam itu. Penerima anugerah itu akan beroleh setidaknya tiga fasilitas istimewa atau tiga previlese. Pertama, ampunan atas segala salah dan dosa yang telah lewat, seakan Tuhan berujar, “Let bygone be bygone …” Yang kedua, seluruh amal baiknya diterima dengan kelipatan pahala yang tak terkatakan. Dan ketiga, terjadi tanjakan derajat taqwa padanya setinggi yang dapat dicapai oleh seorang hamba yang berlaku taat secara total selama 1000 bulan. Ia jadi insan cahaya, karena seakan 1000 purnama bersekutu buat menyerahkan sinarnya. Pribadi semacamn inilah nantinya yang akan dipersilakan memasuki Kerajaan Surga melalui Gerbang ar-Rayyan, atau melalui gerbang mana saja dia suka.

Inilah malam bertabur keutamaan dan kemuliaan. Sebaiknya kita hadir di dalamnya, dengan berjaga, tidak tidur sementara bumi kita didatangi banyak tamu bermartabat. Damai merambah bumi, sampai pagi, dan akan terus merawatnya di hari-hari yang silih berganti. Kita berharap menerima mahkota atau selempang “samir” wisuda di dalamnya. Namun jika tidak, kita bisa minta remah-remah fadhilahnya. Antara lain melalui madah puja dan doa berikut …

اَللّٰهُمَّ ارْزُقْنِيْ فِيْهِ فَضْلَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ، وَصَيِّرْ اُمُوْرِيْ فِيْهِ مِنَ الْعُسْرِ اِلَى الْيُسْرِ، وَاقْبَلْ مَعَاذِيْرِيْ، وَحُطَّ عَنِّيْ الذَّنْبَ وَالْوِزْرَ، يَا رَؤُوْفًا بِعِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ۔

Ya Allah, karuniai aku fadhilah Lailatu l-Qadar, ubahlah urusanku dari kesulitan menjadi kemudahan, terimalah kekurangan dan kelemahanku, hapuslah dosa serta bebanku, wahai Sang Penyantun hamba-hamba yang shalih.

(Djarot Margiantoro)

Tinggalkan Balasan